Dengan menyebut nama ALLAH yang maha pengasih lagi maha penyayang
Wahai Fatimah ra, Putri Utusan Allah!”
“Wahai Fatimah ra, Putri Utusan Allah!”
Suhbah oleh Syaikh Abdul Hamid [wakil Mawlana Syaikh Nazim di London]
Singapore 16 Januari 2004
Diambi dari www.mevlanasufi.blogspot.com
(Suhbat / ceramah di bawah didedikasikan untuk memperingati kelahiran Nabi
Besar Muhammad SAW, Mawlid Nabi Muhammad SAW, Rabi'ul Awwal 1427 H, April 2006.)
Bismillahi Rohman nirRohim, Assalamu 'alaykum wr wb
Sebelum Rasulullah -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam- wafat, saat beliau
tengah meregang sakaratul maut, beliau -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam-
memanggil putrid beliau, Sayyidatina Fathimah r.a. Ini diriwayatkan oleh
Sayyidatina ‘Aisyah r.a. Rasulullah -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam-
membisikkan suatu hal ke telinga Sayyidatina Fathimah r.a., dan ia pun mulai
menangis. Kemudian, beliau -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam- pun
membisikkan kembali sesuatu hal ke telinga Sayyidatina Fathimah r.a., dan kali
ini ia tersenyum dan tertawa gembira. Beberapa saat kemudian, Rasulullah
-sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam- wafat meninggalkan dunia fana ini, dan
pergi menuju Kehidupan yang Abadi, di Hadirat Allah Ta’ala.
Sayyidatina ‘Aisyah r.a. bertanya, “Wahai Fathimah, mengapakah, ketika
ayahandamu bercakap-cakap denganmu, engkau menangis di kali pertama, dan
kemudian engkau tertawa di kali kedua?” Sayyidatina Fathimah r.a. menjawab,
“Ayahandaku memberitahu padaku bahwa waktu beliau telah tiba dan beliau akan
segera meninggalkanku seorang diri di dunia ini.” Rasulullah -sallAllahu ‘alayhi
wa aalihi wasallam- mengatakan hal ini karena di antara keseluruhan putra-putri
beliau, tinggal Fathimah-lah yang masih hidup, semua yang lain telah wafat di
masa hidup beliau -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam-.
Rasulullah -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam- mengatakan pada Fathimah,
“Wahai, Fathimah, waktuku telah tiba, dan aku akan meninggalkanmu seorang diri
untuk beberapa waktu lamanya.” Saat Sayyidatina Fathimah r.a. mendengar berita
ini, beliau pun mulai menangis. Kemudian Rasulullah -sallAllahu ‘alayhi wa
aalihi wasallam- berkata, “Setelah kepergianku, engkaulah di antara Ahlil
Bayt-ku, yang akan pertama kali menyusulku”. Dan kemudian ia pun mulai tertawa.
Sekitar enam bulan setelah wafatnya Rasulullah -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi
wasallam- dari dunia fisik ini, Sayyidatina Fathimah r.a. mulai jatuh sakit.
Beliau mengidap demam yang berkepanjangan. Demamnya tak pernah berhenti.
Sayyidina ‘Ali r.a. amat khawatir akan keadaan istrinya. Beliau mencoba dengan
segenap tenaga untuk merawat sang istri, memelihara sang istri, serta memelihara
pula putra-putra mereka. Sayyidatina Fathimah r.a. terbaring sepanjang hari di
tempat tidurnya dengan demam yang amat tinggi.
Suatu hari, Sayyidina ‘Ali r.a. pergi keluar, dan ketika beliau tiba kembali
di rumah, dilihatnya Sayyidatina Fathimah r.a. mengenakan pakaian terbaiknya.
Beliau juga baru mandi dan memakai parfum terbaiknya. Beliau bahkan telah
memandikan kedua putranya, Sayyidina Hasan r.a. dan Sayyidina Husayn r.a., dan
mengenakan pada mereka, pakaian terbaru mereka. Saat Sayyidina ‘Ali memasuki
rumah, saat itu pula beliau terkejut melihat Sayyidatina Fathimah r.a.;
Sayyidina ‘Ali r.a. pergi keluar rumah meninggalkan Sayyidatina Fathimah r.a.
dalam keadaan sakit parah, dan tiba-tiba, beliau melihat istrinya sudah dalam
keadaan berpakaian terbaiknya, menggunakan parfum terbaiknya, dan telah
mengenakan pula bagi anak-anak mereka pakaian terbaik mereka, serta membersihkan
rumah mereka. Sayyidina ‘Ali r.a. demikian terkejut dan shock melihat perubahan
tiba-tiba ini.
Beliau pun menangis, dan berkata, “Wahai Fathimah, mohon jangan kau
sembunyikan dariku. Hatiku takut.” Sayyidatina Fathimah r.a. berkata, “Hari ini
adalah waktuku untuk pergi meninggalkan tempat ini.” Saat Sayyidina ‘Ali r.a.
mendengar hal ini, beliau pun mulai menangis. Demikian pula, saat Sayyidina
Hasan r.a. dan Sayyidina Hussein r.a. mendengar hal ini, mereka pun mulai
menangis. Keseluruhan anggota keluarga itu mulai menangis. Sayyidatina Fathimah
r.a. menaruh kedua tangannya di atas kepala putra-putranya. Sayyidina ‘Ali r.a.
menangis, dan mengatakan satu hal, “Wahai Putri Utusan Allah, aku adalah orang
yang amat miskin, dan telah kuberikan padamu suatu kehidupan yang demikian
sulit, penuh dengan penderitaan, rasa sakit, dan kesedihan, sedangkan dirimu
berhak lebih banyak daripada apa pun yang telah kuberikan padamu. Kumohon,
maafkanlah diriku.” Sayyidina ‘Ali r.a. memohon maaf dari istrinya Sayyidatina
Fathimah r.a.; Beliau berkata, “Maafkanlah diriku karena aku tak mampu
memelihara dan merawat dirimu dengan baik. Dan mohon, di Hari Pembalasan nanti,
janganlah kau tuntut diriku di hadapan ayahandamu.” Mereka berdua pun menangis.
Sayyidatina Fathimah r.a. tak memiliki rasa kesal apa pun terhadap suaminya.
Keluarga itu pun duduk bersama dan makan kecil bersama. Kemudian saat salat
Zuhur pun tiba, dan segera setelah salat Zuhur, Sayyidatina Fathimah r.a.
mengucapkan kalimah Syahadah dan wafat meninggalkan dunia fana ini. Sudah
menjadi wasiatnya agar ia dimakamkan di malam hari agar tak seorang asing pun
[yang bukan keluarga] hadir di pemakamannya. Sayyidina ‘Ali r.a., bersama
anggota keluarganya yang lain dan kedua putranya, memakamkan Sayyidatina
Fathimah r.a. di malam hari. Bihurmati habib, Fatihah.
Wa min Allah at tawfiq
Singapore 16 Januari 2004
Diambi dari www.mevlanasufi.blogspot.com
(Suhbat / ceramah di bawah didedikasikan untuk memperingati kelahiran Nabi
Besar Muhammad SAW, Mawlid Nabi Muhammad SAW, Rabi'ul Awwal 1427 H, April 2006.)
Bismillahi Rohman nirRohim, Assalamu 'alaykum wr wb
Sebelum Rasulullah -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam- wafat, saat beliau
tengah meregang sakaratul maut, beliau -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam-
memanggil putrid beliau, Sayyidatina Fathimah r.a. Ini diriwayatkan oleh
Sayyidatina ‘Aisyah r.a. Rasulullah -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam-
membisikkan suatu hal ke telinga Sayyidatina Fathimah r.a., dan ia pun mulai
menangis. Kemudian, beliau -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam- pun
membisikkan kembali sesuatu hal ke telinga Sayyidatina Fathimah r.a., dan kali
ini ia tersenyum dan tertawa gembira. Beberapa saat kemudian, Rasulullah
-sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam- wafat meninggalkan dunia fana ini, dan
pergi menuju Kehidupan yang Abadi, di Hadirat Allah Ta’ala.
Sayyidatina ‘Aisyah r.a. bertanya, “Wahai Fathimah, mengapakah, ketika
ayahandamu bercakap-cakap denganmu, engkau menangis di kali pertama, dan
kemudian engkau tertawa di kali kedua?” Sayyidatina Fathimah r.a. menjawab,
“Ayahandaku memberitahu padaku bahwa waktu beliau telah tiba dan beliau akan
segera meninggalkanku seorang diri di dunia ini.” Rasulullah -sallAllahu ‘alayhi
wa aalihi wasallam- mengatakan hal ini karena di antara keseluruhan putra-putri
beliau, tinggal Fathimah-lah yang masih hidup, semua yang lain telah wafat di
masa hidup beliau -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam-.
Rasulullah -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam- mengatakan pada Fathimah,
“Wahai, Fathimah, waktuku telah tiba, dan aku akan meninggalkanmu seorang diri
untuk beberapa waktu lamanya.” Saat Sayyidatina Fathimah r.a. mendengar berita
ini, beliau pun mulai menangis. Kemudian Rasulullah -sallAllahu ‘alayhi wa
aalihi wasallam- berkata, “Setelah kepergianku, engkaulah di antara Ahlil
Bayt-ku, yang akan pertama kali menyusulku”. Dan kemudian ia pun mulai tertawa.
Sekitar enam bulan setelah wafatnya Rasulullah -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi
wasallam- dari dunia fisik ini, Sayyidatina Fathimah r.a. mulai jatuh sakit.
Beliau mengidap demam yang berkepanjangan. Demamnya tak pernah berhenti.
Sayyidina ‘Ali r.a. amat khawatir akan keadaan istrinya. Beliau mencoba dengan
segenap tenaga untuk merawat sang istri, memelihara sang istri, serta memelihara
pula putra-putra mereka. Sayyidatina Fathimah r.a. terbaring sepanjang hari di
tempat tidurnya dengan demam yang amat tinggi.
Suatu hari, Sayyidina ‘Ali r.a. pergi keluar, dan ketika beliau tiba kembali
di rumah, dilihatnya Sayyidatina Fathimah r.a. mengenakan pakaian terbaiknya.
Beliau juga baru mandi dan memakai parfum terbaiknya. Beliau bahkan telah
memandikan kedua putranya, Sayyidina Hasan r.a. dan Sayyidina Husayn r.a., dan
mengenakan pada mereka, pakaian terbaru mereka. Saat Sayyidina ‘Ali memasuki
rumah, saat itu pula beliau terkejut melihat Sayyidatina Fathimah r.a.;
Sayyidina ‘Ali r.a. pergi keluar rumah meninggalkan Sayyidatina Fathimah r.a.
dalam keadaan sakit parah, dan tiba-tiba, beliau melihat istrinya sudah dalam
keadaan berpakaian terbaiknya, menggunakan parfum terbaiknya, dan telah
mengenakan pula bagi anak-anak mereka pakaian terbaik mereka, serta membersihkan
rumah mereka. Sayyidina ‘Ali r.a. demikian terkejut dan shock melihat perubahan
tiba-tiba ini.
Beliau pun menangis, dan berkata, “Wahai Fathimah, mohon jangan kau
sembunyikan dariku. Hatiku takut.” Sayyidatina Fathimah r.a. berkata, “Hari ini
adalah waktuku untuk pergi meninggalkan tempat ini.” Saat Sayyidina ‘Ali r.a.
mendengar hal ini, beliau pun mulai menangis. Demikian pula, saat Sayyidina
Hasan r.a. dan Sayyidina Hussein r.a. mendengar hal ini, mereka pun mulai
menangis. Keseluruhan anggota keluarga itu mulai menangis. Sayyidatina Fathimah
r.a. menaruh kedua tangannya di atas kepala putra-putranya. Sayyidina ‘Ali r.a.
menangis, dan mengatakan satu hal, “Wahai Putri Utusan Allah, aku adalah orang
yang amat miskin, dan telah kuberikan padamu suatu kehidupan yang demikian
sulit, penuh dengan penderitaan, rasa sakit, dan kesedihan, sedangkan dirimu
berhak lebih banyak daripada apa pun yang telah kuberikan padamu. Kumohon,
maafkanlah diriku.” Sayyidina ‘Ali r.a. memohon maaf dari istrinya Sayyidatina
Fathimah r.a.; Beliau berkata, “Maafkanlah diriku karena aku tak mampu
memelihara dan merawat dirimu dengan baik. Dan mohon, di Hari Pembalasan nanti,
janganlah kau tuntut diriku di hadapan ayahandamu.” Mereka berdua pun menangis.
Sayyidatina Fathimah r.a. tak memiliki rasa kesal apa pun terhadap suaminya.
Keluarga itu pun duduk bersama dan makan kecil bersama. Kemudian saat salat
Zuhur pun tiba, dan segera setelah salat Zuhur, Sayyidatina Fathimah r.a.
mengucapkan kalimah Syahadah dan wafat meninggalkan dunia fana ini. Sudah
menjadi wasiatnya agar ia dimakamkan di malam hari agar tak seorang asing pun
[yang bukan keluarga] hadir di pemakamannya. Sayyidina ‘Ali r.a., bersama
anggota keluarganya yang lain dan kedua putranya, memakamkan Sayyidatina
Fathimah r.a. di malam hari. Bihurmati habib, Fatihah.
Wa min Allah at tawfiq
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
email updates
Like us on facebook
Popular Posts
-
Hampir seluruh waktu Habib Abdurrahman Bilfaqih dipergunakan dijalan dakwah dan mengajar di pesantren. Memang buah jatuh tidak...
-
Pagi itu keluarga Achmad akan berangkat ke malang, naik pesawat terbang, mereka berempat, ayah, istri dan dua anaknya(Hasan dan Husei...
-
Orong-orong Senin, 12 Oktober 2009 Karomah KH. Asrori Al-Ishaqi Tergelitik hati untuk menuliskan tentang pengalaman pribadi, bagaimana ...
-
Ditulis oleh arif di/pada 14 April 2009 KH. ACHMAD SHIDDIQ Kehidupan KH. Achmad Siddiq KH. Achmad Shiddiq yang nama kecilnya Achmad ...
-
Dalam kesehariannya, kehidupan Kyai Ahmad Muzakki Syah sangat bersahaja. Dia tidak pernah menonjolk...
-
Pimpin Doa dengan Infus di Tangan RIBUAN orang menangis histeris. Ini terjadi ketika jenazah Hadratus Syekh KH Ahmad Asrori Al-Ishaqi ...
-
Majelis Rasulullah memulai da’wahnya pada tahun 1998. Saya pernah mendengar istilah mantan HT, mantan JT, mantan PKS, mantan PDIP, mantan pa...
-
Dari buku : The Naqshbandi Sufi Way, History Oleh : Syaikh Muhammad Hisham Kabbani, 1995 Beliau dilahirkan di Larnaca, Siprus, pada h...
-
KAROMAH ABAH ANOM MENYADARKAN TANTANGAN KIAI SAKTI PILIH TANDING Diterima dari mantan ketua Yayasan Pondok Pesantren Suryala...
-
The lover's food is the love of the bread; no bread need be at hand: no one who is sincere in his love is a slave to existence. Love...
Blog Archive
-
2009
(57)
-
Oktober
(21)
- Jalaludin Rumi
- Mawlana Syaikh Nazim q.s
- Perjalanan Spiritual Mawlana Shaykh Muhammad Nazi...
- Abu Nawas: Tokoh Sufi Dalam 1001 Malam
- Syekh Abdul Qadir Jaylani
- kisah sufi
- Inggris Kembangkan Sistem Komunikasi Telepati
- Heboh Ayat Al Quran Tampak pada Kulit Bayi di Rusia
- Cinta ILLAHI Fariduddin Attar
- Rabiah al-Adawiyah
- KH. MOHAMMAD Ma’roef RA
- Wahai Fatimah ra, Putri Utusan Allah!”
- Nur Muhammad sallaLlahu alayhi wa sallam
- Harapan Terbesar Syaikh Nazim
- Adab Murid adalah Mendengar, Tidak Baik Untuk Bert...
- Setiap Orang Membutuhkan Nasehat ( Guru Ruhani 29)
- Adab Ketika Bersama Mursyid ( Guru Sejati 19)
- Perlunya Guru Ruhani Sejati 7
- Perlunya Guru Ruhani Sejati 8
- Prediksi Sufistik, Armageddon Perang Nuklir 8
- ntermezzo Master Sufi Mawlana Syaikh Nazim Adil
- November (36)
-
Oktober
(21)
© Attar Van Rumy 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool
Tidak ada komentar :
Posting Komentar