Dengan menyebut nama ALLAH yang maha pengasih lagi maha penyayang
MUS’AB BIN UMAIR
Ditulis oleh administrator | |
Thursday, 25 September 2008 | |
Tak Ada Kain Kafan Cukup Menutupi Jenazahnya Meniggalkan kemewahan dunia demi menggapai Surga. Itulah yang dilakukan Mus’ab bin Umair ketika masuk islam. Dia pemuda kota Makkah yang didambakan para ibu agar menjadi menantunya. Di samping tampan perilakunya juga baik, murah senyum dan sopan, idaman dan pujaan para wanita. Hal itu dapat dipahami karena Mus’ab anak orang berada. Kedua orang tuanya kaya raya. Ia juga sangat dimanja. Apa pun yang ia minta selalu dituruti orang tuanya. Ketika panaran cahaya islam mulai menyebar di bumi Makkah, orang-orang ribut membicarakan hal itu. Mak tentang Rosulullah pun terdengar juga di telinga Mus’ab. Ai penasaran, tertari mengetahui lebih jauh tentang Nabi terahir itu, serta ajaran yang dibawanya dan tengah disebarluaskannya. Suatu hari terdengar kabar bahwa Muhammad tengah berceramah di bukit shoffa, di hadapan puluhan manusia. Dan Mus’ab pun menuju ke sana. “Wahai keluarga Gholib, keluarga Fihr dan keluarga Quraisy yang lain,”sabda Nabi saw, “kalau kukatakan di balik lembah ini ada segerombolan musuh hendak menyerang kalian, apakh kalian percaya?” “Tentu, Muhammad. Sebab engkau belum pernah berbohong kepada kami!” jawab mereka serentak. “Ketahuilah, bahwa aku adalah nabi terahir yang diutus Allah untuk kalian, umat manusia.” Serentak yang mendengar jadi ribut. Paling marah Abu Jahal. “Celak kau, Muhammad!” kutuknya sengit. Berbeda dengan Mus’ab. Ia tidak demikian. Mendengar hal itu, hatinya tersentuh. Saat itu juga batinnya bertarung. Bingung. Hendak mempertahankan keyakinannya selama selama ini yang diwarisi dari nenek moyangnya yakni menyembah berhala, atau Allah yang Maha Esa sebagaimana ajaran Muhammad saw. Mus’ab gundah. Di lain kesempatan, Mus’ab menemui Muhammad saw di rumah seorang penduduk Mekkah bernama Arqom. Ia mengutarakan kegelisahan hatinya, sekaligus bertanya banyak hal tentang islam. Nabi pun menjelaskannya dengan rinci, halua san mengena. Mus’ab terpesona. Gundah gulana jadi hilang. Perasaannya tenang. Di akhir pertemuan, Mus’ab mengucapkan kalimat syahadat sebagai tanda masuk Islam. Ketika ibunya tahu tentang hal itu, ia marah besar. Mus’ab dihukum, dimasukkan dalam penjara rumahnya. Ibunya berjanji tidak akan membebaskan Mus’ab sebelum Mus’ab kembali pada ajaran nenek moyangnya –menyembah berhala-, dan keluar dari agama yang baru saja dipeluknya. Hingga suatu ketika, tersiar kabar bahwa umat islam Mekkah hendak berhijrah menuju Habasyah guna menyelamatkan akidah. Maka ia pun berhasil lolos dari penjara rumahnya, kemudian ikut hijrah bersama umat Islam lainnya menuju Habasyah. Beberapa bulan kemudian umat islam pulang kembali ke Mekkah. Orang-orang Mekkah terkejut melihat keadaan Mus’ab. “Pemuda itu, yang dahulu sering berpakaian bagus, necis dan rapi, kini keadaannya tak ubahnya seperti gelandangan. Pakaiannya compang-camping, banyak jahitan dan tambalan di mana-mana”. Umat Islam pun banyak yang meneteskan air mata mengetahui keadaan Mus’ab ini. Mereka haru, sekaligus kagum. Mus’ab, ia rela melepaskan kemewahan dunia demi menjaga dan membela agama. Namun hati mereka juga sedikit bahagia karena Mus’ab masih selalu tersenyum seperti dulu. Seolah tak merasa menderita dengan keadaannya yang demikian. Tepatnya 7 syawal tahun ke-3 Hijriah, perang Uhud meletus. Mus’ab berada di garda terdepan barisa umat islam. Saat itu umat islam bias dikatakan kalah perang. Kondisi Nabi saw sendiri sangat riskan. Ia terdesak lawan dan mulai terluka. Melihat hal itu, Mus’ab menuju ke arahnya. Mus’ab melindungi Nabi dari kepungan musuh. Bendera islam yang semula dipegang Nabi saw kini pindah ke tangan Mus’ab. Pemuda itu berjung ganda; melindungi Nabi saw sekaligus menjaga bendera islam, ia gigih bertarung membasmi para musuh islam. Banyak korban berjatuhan di ujung pedangnya. Dan akhirnya ia juga gugur. Mus’ab yang berjasa besar pada Nabi saw dan umat islam lainnya telah tiada. Nabi saw juga haru, sebab ketika jenazah itu hendak dikafani, tak ada kain yang cukup menutupinya. Jenazah itu akhirnya hanya ditutup dengan kain burdah berukuran kecil. Jika kepala jenazah Mus’ab ditutupi, kedua kakinya kelihatan. Jika ganti kedua kakinya yang ditutupi, kepalanya jadi kelihatan. Mus’ab bin Umair, ia rela meninggalkan kemewahan dunia demi mempertahankan keyakinannya. (RUSLAN NZ) Pernah dimuat “Suara Muhammadiyah” NO. 02 TH KE- 91// 16-31 Januari 2006 M. |
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
email updates
Like us on facebook
Popular Posts
-
Hampir seluruh waktu Habib Abdurrahman Bilfaqih dipergunakan dijalan dakwah dan mengajar di pesantren. Memang buah jatuh tidak...
-
Pagi itu keluarga Achmad akan berangkat ke malang, naik pesawat terbang, mereka berempat, ayah, istri dan dua anaknya(Hasan dan Husei...
-
Orong-orong Senin, 12 Oktober 2009 Karomah KH. Asrori Al-Ishaqi Tergelitik hati untuk menuliskan tentang pengalaman pribadi, bagaimana ...
-
Ditulis oleh arif di/pada 14 April 2009 KH. ACHMAD SHIDDIQ Kehidupan KH. Achmad Siddiq KH. Achmad Shiddiq yang nama kecilnya Achmad ...
-
Dalam kesehariannya, kehidupan Kyai Ahmad Muzakki Syah sangat bersahaja. Dia tidak pernah menonjolk...
-
Pimpin Doa dengan Infus di Tangan RIBUAN orang menangis histeris. Ini terjadi ketika jenazah Hadratus Syekh KH Ahmad Asrori Al-Ishaqi ...
-
Majelis Rasulullah memulai da’wahnya pada tahun 1998. Saya pernah mendengar istilah mantan HT, mantan JT, mantan PKS, mantan PDIP, mantan pa...
-
Dari buku : The Naqshbandi Sufi Way, History Oleh : Syaikh Muhammad Hisham Kabbani, 1995 Beliau dilahirkan di Larnaca, Siprus, pada h...
-
KAROMAH ABAH ANOM MENYADARKAN TANTANGAN KIAI SAKTI PILIH TANDING Diterima dari mantan ketua Yayasan Pondok Pesantren Suryala...
-
The lover's food is the love of the bread; no bread need be at hand: no one who is sincere in his love is a slave to existence. Love...
Blog Archive
-
2009
(57)
- Oktober (21)
-
November
(36)
- Pengantar Syekh Nazim Adil al-Haqqani qsAtas Kemul...
- Nasihat Mawlana kita yang tercinta, Sheikh Nazim A...
- Perubahan yang Kita Butuhkan
- Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani QS
- Laylatul Raghaib
- Karomah KH Ahmad Muzzaki Syah
- Karomah syehk Kholil Bangkalan
- Jabal Rahmah
- Karomah Habib Munzir Al Musawwa
- Kyai Musyafa'
- Kyai Abdul Hamid
- Minta izin Poligami
- Sudah Wafat, Masih Bangun Pesantren
- Kemakrifatan Kyai Abdul Hamid Pasuruan
- Sampai Cara Meludah pun Berarti
- Halus Saat Mengingatkan
- Yang Enak Untukku, dan Yang Tidak Enak Untukmu
- KAROMAH
- ABU TOLHAH RA
- MENGENANG SANG WALI QUTUB (ABUYA DIMYATI)
- KISAH PENGALAMAN WALI ALLAH
- Hanzhalah bin Abu Amir Pejuang Islam yang Dimandik...
- MUS’AB BIN UMAIR
- FATIMAH AZ ZAHRA
- WALI WAFAT DI HADAPAN PARA WALI
- Biografi KH. Hamid Pasuruan
- KH. ACHMAD SHIDDIQ
- KH. Abdul Kholik Hasyim, Kyai Pendekar
- Cerita dari jamaah tentang Keajaiban di Majelis Ra...
- Biografi Al-Habib Abdurrahman Bil Faqih
- Kisah nyata Keajaiban Sholawat
- K A R O M A H MURSYID THORIQOH QODIRIYYAH WAN NAQS...
- Pidato Syekh Nazim Adil al-Haqqoni di Pesantren Th...
- Karomah KH. Asrori Al-Ishaqi
- Kenangan KH Ahmad Asrori Al-Ishaqi
- Jump!!!
© Attar Van Rumy 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool
Tidak ada komentar :
Posting Komentar